Kicau hari selalu berbeda dan akan selalu berbeda
Tak akan sama dengan yang kemarin, hari ini, bahkan esok
Tahukah bunyi kicauan itu
Bagaikan lantunan perjalanan hidup yang ada susah dan senang
Ragam dan bentuk yang hanya bisa dirasakan
dan Benar kicauan itu hanya bisa dirasakan sendiri
Berharap dengar pendapat orang
karena kicauan itu berbeda cara merasaknnya
kicauan itu sangat terasa jika harinya akan selalu berganti
Karena kicauan itu adalah irama perjalanan kehidupan
Asmarini Uir
Kamis, 12 Januari 2012
Selasa, 10 Januari 2012
Hebatnya sang Waktu
Ketika siang berganti malam
Diantaranya terdapat suasana terang dalam gelap
Hati gelisah karena waktu terus berganti
Pertanda akan ada gelap berganti terang
Diantaranya terdapat suasana gelap dalam terang
Pertanda waktu esok sudah menghampiri
Memang waktu tidak bisa diputar balikkan
Karena waktu sama dengan gelap dan terang
Tak bisa dipegang atau disentuh
Diantaranya terdapat suasana terang dalam gelap
Hati gelisah karena waktu terus berganti
Pertanda akan ada gelap berganti terang
Diantaranya terdapat suasana gelap dalam terang
Pertanda waktu esok sudah menghampiri
Memang waktu tidak bisa diputar balikkan
Karena waktu sama dengan gelap dan terang
Tak bisa dipegang atau disentuh
Minggu, 08 Januari 2012
Sendiri dalam Gemuruh
Sunyi senyap dalam gemuruh
Hening namun bersuara
Terkucil dalam keramaian
Berteriak namun tak sanggup untuk memecahkan keheningan malam
Tanda tanya akan jawaban
Tersisihkan bukan berarti tak terpakai
Tergantung di awang-awang rasa tak mungkin
Pelik melihat mengganggu mata
Semakin keras gemuruh berbunyi
Merasa tak dengar sedikitpun bak orang tuli duduk termenung
Apalah arti sebuah riuh riah
Hanya berlalu seketika singgah sejenak namun kan pergi.
Hening namun bersuara
Terkucil dalam keramaian
Berteriak namun tak sanggup untuk memecahkan keheningan malam
Tanda tanya akan jawaban
Tersisihkan bukan berarti tak terpakai
Tergantung di awang-awang rasa tak mungkin
Pelik melihat mengganggu mata
Semakin keras gemuruh berbunyi
Merasa tak dengar sedikitpun bak orang tuli duduk termenung
Apalah arti sebuah riuh riah
Hanya berlalu seketika singgah sejenak namun kan pergi.
Kamis, 05 Januari 2012
Pantun Perpisahan
Tudung saji hanyut terapung,
Disulam cantik dengan benang.
Hajat hati nak pulang kampung,
Sayang sekali tak pandai berenang.
Sirih kasih di pucuk pauh,
Kuntum melati sukar digubah.
Jika sekarang bercerai jauh,
Di dalam hati janganlah berubah.
Pulau Tinggi terandak Cina,
Tampak dari Pasir Seribu.
Abang pergi janganlah lama,
Tidak kuasa menanggung rindu.
Asam pauh dari seberang,
Tumbuhnya dekat tepi tebat.
Badan jauh di rantau orang,
Sakit siapa yang akan mengobat.
Pucuk pauh selara pauh,
Sembilu ledung-ledungkan.
Adik jauh kakanda pun jauh,
Kalau rindu sama menungkan.
Disulam cantik dengan benang.
Hajat hati nak pulang kampung,
Sayang sekali tak pandai berenang.
Sirih kasih di pucuk pauh,
Kuntum melati sukar digubah.
Jika sekarang bercerai jauh,
Di dalam hati janganlah berubah.
Pulau Tinggi terandak Cina,
Tampak dari Pasir Seribu.
Abang pergi janganlah lama,
Tidak kuasa menanggung rindu.
Asam pauh dari seberang,
Tumbuhnya dekat tepi tebat.
Badan jauh di rantau orang,
Sakit siapa yang akan mengobat.
Pucuk pauh selara pauh,
Sembilu ledung-ledungkan.
Adik jauh kakanda pun jauh,
Kalau rindu sama menungkan.
Selasa, 03 Januari 2012
Pantun Jenaka
Orang menganyam sambil duduk,
Kalau sudah bawa ke balai.
Melihat ayam memakai tanduk,
Datang musang meminta damai.
Hendak berlayar ke Pulau Pangkor,
Berjumpa perahu di biduknya.
Jika tidak misai dicukur,
Lubang hidung dirodoknya.
Orang masak pakai kuali,
Membawa pelita semuanya.
Berbisik si pekak dengan si tuli,
Tertawa si buta melihatnya.
Kalau sudah bawa ke balai.
Melihat ayam memakai tanduk,
Datang musang meminta damai.
Hendak berlayar ke Pulau Pangkor,
Berjumpa perahu di biduknya.
Jika tidak misai dicukur,
Lubang hidung dirodoknya.
Orang masak pakai kuali,
Membawa pelita semuanya.
Berbisik si pekak dengan si tuli,
Tertawa si buta melihatnya.
Minggu, 01 Januari 2012
Pantun Pembuka
Mari pasang api pelita,
Pasang dekat api unggun.
Daripada duduk-duduk saja,
Mari kita lawan berpantun.
Rumpun buluh dibuat pagar,
Cucuk cempedak dengan lidi.
Dengan pantun saya belajar,
Saya budak belum mengerti.
Wau lah wau bulan,
Wau bulan teraju tiga.
Mari adik marilah kawan,
Kita cuba beradu laga.
Minta daun diberi daun,
Dalam daun buah kelapa.
Minta pantun dibalas pantun,
Dalam pantun ada bicara.
Selasa, 27 Desember 2011
Pantun Budi
Bila memandang ke muka laut,
Nampaklah sampan mudik ke hulu.
Bila terkenang mulut menyebut,
Budi yang baik ingat selalu.
Burung serindit terbang melayang,
Singgah hinggap di ranting mati.
Duit ringgit dipandang orang,
Jarang dipandang bahasa budi.
Sedap sungguh buah nenas,
Buat makan buka puasa.
Jangan dipandang perak dan emas,
Tapis dahulu budi bahasa.
Nampaklah sampan mudik ke hulu.
Bila terkenang mulut menyebut,
Budi yang baik ingat selalu.
Burung serindit terbang melayang,
Singgah hinggap di ranting mati.
Duit ringgit dipandang orang,
Jarang dipandang bahasa budi.
Sedap sungguh buah nenas,
Buat makan buka puasa.
Jangan dipandang perak dan emas,
Tapis dahulu budi bahasa.
Langganan:
Postingan (Atom)